Minggu, 09 Oktober 2011

MENDIDIK DAN MEMBANGUN KEMANDIRIAN ANAK DENGAN HYPNOPARENTING


A.      LATAR BELAKANG MASALAH
Semakin berkembangnya anak, maka problem-problem yang mereka timbulkan pun semakin banyak. Problem-problem itu seperti: anak malas belajar, bosan sekolah, prestasi menurun, anak kurang nafsu makan, suka menggigit jari, ngompol, dan masalah-masalah lain yang tidak dikehendaki orang tuanya.
Orang tua pastinya akan mengalami kebingungan terhadap tingkah pola anak seperti yang disebutkan di atas. Misalnya saja ketika seorang kakak dan adik memperebutkan mainan sampai keduanya menangis, orang tua pasti bingung bagaimana memberikan pemahaman kepada kedua anak tersebut tentang siapa yang seharusnya mengalah serta alasan apa mereka harus mengalah.
Orang tua sudah mencoba memberi nasehat, tapi anak masih saja nakal. Terkadang dalam keadaan seperti ini orang tua mulai berpikir, sebenarnya siapa yang salah, anak atau orang tua?. Apakah orang tua kurang lengkap dalam mendidik anaknya atau memang anak itu benar-benar susah diatur.
Makalah ini akan menjelaskan sedikit uraian tentang bentuk pembelajaran dan pendidikan sederhana yang bisa diterapkan oleh orang tua dan pendidik yang sangat peduli dengan kemandirian anak, mengharapkan anak tumbuh dan berkembang menjadi seorang yang siap menghadapi dunianya. Salah satu pembelajaran dan pendidikan itu adalah dengan hypnoparenting.

B.       RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian hypnoparenting itu?
2.      Bagaimana sikap orang tua dalam mendidik anak dengan hypnoparenting?


C.      PEMBAHASAN
1. Pengertian Hypnoparenting
Kata Hypnoparenting terdiri dari 2 kata dasar yaitu hypnosis dan parenting. Sebelum mengetahui hypnoparenting, kita hendaknya mengetahui bahwa di dunia ini terdapat dua aliran besar hypnosis. Menurut Ariesandi Setyono dari Indonesia Hypnosis Center, Surabaya dan penulis buku Hypnoparenting Menjadi Orangtua Efektif dengan Hipnosis (2007), dua aliran itu yaitu aliran Timur dan Barat. Pada aliran Timur banyak dijumpai hal-hal yang bersifat mistis atau magis, sedangkan pada aliran Barat dipengaruhi oleh teori-teori mengenai pikiran dan struktur bahasa.
     Dalam hypnoparenting tidak menganut ajaran hipnosis yang berat sampai objek tidak sadarkan diri. Proses hipnosis adalah semua proses pemasukan informasi ke dalam pikiran. Sedangkan parenting merupakan segala sesuatu yang berurusan dengan tugas-tugas orang tua dalam mendidik dan membesarkan anak.
     Jadi dapat disimpulkan bahwa hypnoparenting adalah suatu usaha yang dilakukan oleh orang tua dan pendidik dengan memetakan dan membuat sistemasi atas segala hal yang berhubungan dengan tugas orang tua ditinjau dari sudut pandang cara kerja pikiran dan pengaruh agar anak dapat mandiri dan siap menghadapi masa depannya.
Hypnoparenting sangat sistematis dan sederhana. Penerapannya itu sangat mudah jika orang tua tahu teknik yang benar dan tepat. Selain itu juga sangat efektif asalkan orangtua menyediakan lingkungan kondusif bagi tumbuhnya program yang disugestikan. Ukuran keberhasilan dari hypnoparenting bisa langsung terlihat dalam pola perilaku yang berubah sesuai dengan yang disugestikan.
Hypnoparenting memiliki prinsip bahwa semua yang dikatakan dan dilakukan orangtua pada hakikatnya adalah suatu proses hipnosis karena akan terpola pada pikiran bawah sadar anak. Sebenarnya tidak ada sesuatu yang benar-benar baru di sini karena tanpa disadari orangtua telah melakukan proses hipnosis pada anak sejak lama. Hanya saja apakah hipnosis yang orang tua masukkan ke dalam pikiran bawah sadarnya positif atau negatif, inilah yang perlu diluruskan. Contoh hipnosis negatif yaitu orangtua menakut-nakuti anak dengan hantu gentayangan di tempat gelap yang pada akhirnya membuat anak menjadi penakut.
Sebagai orangtua, tugas yang dilakukan tidaklah ringan. Namun sayangnya bekal orang tua untuk mendidik dan mengasuh anak relatif minim. Orang tua hanya mengandalkan pengalaman saat dididik dan dibesarkan oleh orangtua mereka dulu. Padahal belum tentu pola pengasuhan tersebut pas untuk diterapkan pada anak di zaman ini. Apalagi tuntutan zaman sekarang sangat membutuhkan pribadi anak yang kuat mental dan spiritual karena tantangan yang dihadapi lebih berat dibandingkan dengan kondisi orang tuanya dulu. Idealnya, anak justru diperlakukan sebagaimana orang tua ingin diperlakukan oleh orangtua mereka dulu. Dengan begitu tindakan yang orang tua lakukan atas dasar perasaan seorang anak. Bukan atas dasar perasaan orang tua itu sebagai orangtua.
Orangtua harus memberikan contoh yang baik. Percuma memberikan sugesti pada sang buah hati agar senang belajar jika di jam belajarnya orang tuanya malah asyik menonton TV, misalnya. Yang dibutuhkan dalam penerapan hypnoparenting adalah komitmen orang tua, pengondisian lingkungan, dan wacana yang seimbang sehingga orang tua tahu apa yang terjadi dalam pikiran seorang anak.

2. Sikap Orang Tua dalam Mendidik Anak dengan Hypnoparenting
     Orang tua sangat berperan penting dalam membangun kemandirian anak.
Dalam hypnoparenting, ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh orang tua, yaitu:
a.      Membuat program pikiran bawah sadar anak yang positif dan konsep diri.
Pikiran bawah sadar tidak bisa menolak apapun yang diterima melalui kelima panca indera. Pikiran bawah sadar juga akan merekam hal-hal yang tidak diperhatikan secara sadar. Menurut Napoleon Hill dalam buku yang berjudul Think and Grow disebutkan bahwa pikiran bawah sadar itu selalu aktif.
Konsep diri yang sehat hampir dilakukan oleh anak yang tumbuh dewasa. Konsep diri yang sehat dapat dikondisikan dengan cara orang tua menanamkan konsep itu dalam pikiran bawah sadar anak, memberikan  pengulangan-pengulangan, serta pengalaman yang dirancang atau yang tidak disengaja, bisa juga dengan tradisi atau model dari seorang figur yang memiliki otoritas dimata anak, seperti orang tua, kakek,nenek, saudara atau guru di sekolah.
Kata-kata yang sering diucapkan dan dipikirkan orang tualah yang nantinya akan membentuk diri anak, kemudian anak akan mengembangkan dirinya melalui pergaulan dengan lingungan sekitar. Oleh karena itu, orang tua harus mampu menanamkan konsep diri yang sehat terhadap anak agar anak dapat berperilaku positif.
           
b.      Menciptakan perasaan positif dan pikiran yang positif.
Ketika anak mulai memasuki sekolah,baik itu kelompok bermain atau taman kanak-kanak, orang tua pasti akan mulai khawatir. Hal seperti ini dapat membawa dampak psikologis bagi anak.
Misalnya saja jika orang tua merasa takut kalau anaknya di sekolah akan jatuh, bermain dengan temannya lalu bertengkar, atau anak belajar tidak sesuai dengan perintah guru, maka secara psikologis akan mempengaruhi kepercayaan orang tua terhadap guru di sekolah anak. Orang tua seakan-akan tidak percaya bahwa bapak-ibu gurunya tidak mampu mendidik anak seperti didikan mereka.
Mungkin orang tua berpikir bahwa bapak-ibu guru kurang perhatian terhadap anak karena banyaknya siswa yang harus diperhatikan. Pemikiran seperti ini akan menimbulkan kecemasan yang tidak beralasan dan hanya akan menambah beban masalah.
Sebagai orang tua yang baik, hendaknya selalu mempunyai perasaan yang positif terhadap guru serta memberikan kepercayaan penuh terhadap guru bahwa guru juga berpengalaman dalam mendidik anak serta pasti akan memperhatikan anaknya.
Dengan perasaan yang positif, kepercayaan penuh serta pikiran positif orang tua terhadap guru, maka orang tua dan guru akan merasa tenang dan anak akan merasa senang di sekolah.

c.       Memakai kalimat yang positif dan menghindari kalimat negatif.
Segala  sesuatu yang dilarang, penuh tekanan intonasi dan ada emosi di dalamnya, itulah yang akan diingat terus oleh anak ketika ia mendengarnya. Apabila dalam kesehariannya ia sering mendengar kata “jangan” atau “tidak boleh” atau “nakal kamu, ya!” atau “anak yang malas” dan kata-kata negatif lainnya, hampir dipastikan, kata-kata itulah yang selalu didengar dan ditanamkan dalam hati.
Ucapan ibu akan menjadi doa buat anaknya. Jadi jika si ibu mengucap kata-kata negatif terhadap anaknya, maka bisa saja anak itu menjadi anak yang berperilaku negatif pula.
Orang tua yang baik hendaknya memikirkan hal-hal yang positif saja terhadap anaknya, juga berbicara dengan lembut (intonasi tidak meninggi). Kata-kata positif yang diucapkan dengan intonasi yang positif akan ditangkap pikiran bawah sadar anak sebagai kesan positif. Karena perkataan orang tua sangat menentukan proses kemandirian anak, maka hendaknya orang tua mampu mengucapkan kata-kata positif saja di depan anak.

d.      Menciptakan suasana rumah yang positif.
Suasana rumah juga sangat menentukan kemandirian anak. Jika rumah itu harmonis, maka anak akan dapat berperilaku positif. Misalnya saja dalam kamar anak diberi ungkapan-ungkapan positif seperti “Aku Sayang Mama Papa” atau “Aku Mau Jadi Anak Sholeh”, atau kata-kata lain yang apabila setiap dilihat dan dibaca terus menerus maka akan tersimpan dalam memori anak dan akan masuk ke dalam pikiran bawah sadar anak.
                        Hal ini akan menumbuhkan sifat dan sikap yang diinginkan oleh orang tua dan anaknya, karena secara otomatis kata-kata itu akan terpatri dalam sanubari dan membentuk jiwa anak.

e.       Menyamakan frekuensi dengan anak.
Orang tua sebaiknya seia-sekata. Maksudnya, tindakan atau perlakuan ayah maupun ibu pada anak sebaiknya seragam dan konsisten. Karena jiwa anak pasti berbau dengan hal-hal yang menyenangkan, gembira, suka hati, dan emosi positif.
Jika suatu saat anak dalam kondisi yang tidak enak atau bad mood hendaknya orang tua mampu menggiringnya ke hal-hal yang disukai anak. Jauhkan dulu apa yang membuat anak menangis, tapi bentuklah pikiran ke arah yang bisa membuat anak gembira.

D.      PENUTUP
1.      Kesimpulan
Anak merupakan tanggung jawab orang tua. Jika orangtua mampu mendidik anaknya dengan baik, maka anak pun akan tumbuh menjadi anak yang baik pula.
Untuk menghasilkan anak yang mempunyai sikap dan kepribadian yang baik, orang tua hendaknya selalu memikirkan setiap tindakan, ucapan, dan pikiran mereka. Karena bagaimanapun juga, anak akan bertindak dan bereaksi atas dasar reaksi orang tua padanya.
Kemampuan anak mengamati, meniru, dan merasakan apa yang orang tua pikirkan merupakan suatu sifat yang menakjubkan. Dengan hypnoparenting yang sederhana, orang tua mampu membentuk sifat mandiri anak .
2.      Saran
Sebagai orang tua, hendaknya mampu mendidik anaknya agar menjadi anak yang berkepribadian baik dan mandiri. Orang tua juga harus mampu memberikan contoh perilaku yang positif terhadap anak, memberikan penanaman konsep diri yang sehat serta menciptakan pikiran positif agar anak dapat mandiri dan berperilaku positif pula.

E.       DAFTAR PUSTAKA
Setyono, Ariesandi. 2007. Hypnoparenting: Menjadi Orang Tua yang Efektif dengan Hypnosis. Jakarta:       PT Gramedia.
http://www.hypno-birthing.web.id/?p=564. (diakses tanggal 20 Desember 2010)
http://www.hypnoparenting.com. (diakses tanggal 20 Desember 2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar