A.
LATAR
BELAKANG MASALAH
Semakin berkembangnya anak, maka
problem-problem yang mereka timbulkan pun semakin banyak. Problem-problem itu
seperti: anak malas belajar, bosan sekolah, prestasi menurun, anak kurang nafsu
makan, suka menggigit jari, ngompol, dan masalah-masalah lain yang tidak
dikehendaki orang tuanya.
Orang tua pastinya akan mengalami
kebingungan terhadap tingkah pola anak seperti yang disebutkan di atas.
Misalnya saja ketika seorang kakak dan adik memperebutkan mainan sampai
keduanya menangis, orang tua pasti bingung bagaimana memberikan pemahaman
kepada kedua anak tersebut tentang siapa yang seharusnya mengalah serta alasan
apa mereka harus mengalah.
Orang tua sudah mencoba memberi nasehat,
tapi anak masih saja nakal. Terkadang dalam keadaan seperti ini orang tua mulai
berpikir, sebenarnya siapa yang salah, anak atau orang tua?. Apakah orang tua
kurang lengkap dalam mendidik anaknya atau memang anak itu benar-benar susah
diatur.
Makalah ini akan menjelaskan sedikit
uraian tentang bentuk pembelajaran dan pendidikan sederhana yang bisa
diterapkan oleh orang tua dan pendidik yang sangat peduli dengan kemandirian
anak, mengharapkan anak tumbuh dan berkembang menjadi seorang yang siap menghadapi
dunianya. Salah satu pembelajaran dan pendidikan itu adalah dengan hypnoparenting.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Apa
pengertian hypnoparenting itu?
2. Bagaimana
sikap orang tua dalam mendidik anak dengan hypnoparenting?
C.
PEMBAHASAN
1. Pengertian Hypnoparenting
Kata
Hypnoparenting terdiri dari 2 kata dasar
yaitu hypnosis dan parenting. Sebelum mengetahui hypnoparenting, kita hendaknya
mengetahui bahwa di dunia ini terdapat dua aliran besar hypnosis. Menurut Ariesandi Setyono dari Indonesia Hypnosis Center, Surabaya dan penulis buku Hypnoparenting Menjadi Orangtua Efektif
dengan Hipnosis (2007),
dua aliran itu yaitu aliran Timur dan Barat. Pada aliran Timur banyak dijumpai
hal-hal yang bersifat mistis atau magis, sedangkan pada aliran Barat
dipengaruhi oleh teori-teori mengenai pikiran dan struktur bahasa.
Dalam
hypnoparenting tidak menganut ajaran hipnosis
yang berat sampai objek tidak sadarkan diri. Proses hipnosis adalah semua
proses pemasukan informasi ke dalam pikiran. Sedangkan parenting merupakan
segala sesuatu yang berurusan dengan tugas-tugas orang tua dalam mendidik dan
membesarkan anak.
Jadi dapat disimpulkan bahwa hypnoparenting adalah suatu usaha yang
dilakukan oleh orang tua dan pendidik dengan memetakan dan membuat sistemasi
atas segala hal yang berhubungan dengan tugas orang tua ditinjau dari sudut
pandang cara kerja pikiran dan pengaruh agar anak dapat mandiri dan siap menghadapi
masa depannya.
Hypnoparenting sangat sistematis
dan sederhana. Penerapannya itu sangat mudah jika orang tua tahu teknik yang benar dan tepat. Selain itu juga sangat
efektif asalkan orangtua menyediakan lingkungan kondusif bagi tumbuhnya program
yang disugestikan. Ukuran keberhasilan dari hypnoparenting bisa langsung terlihat
dalam pola perilaku yang berubah sesuai dengan yang disugestikan.
Hypnoparenting memiliki prinsip bahwa semua yang dikatakan dan
dilakukan orangtua pada hakikatnya adalah suatu proses hipnosis karena akan
terpola pada pikiran bawah sadar anak. Sebenarnya tidak ada sesuatu yang
benar-benar baru di sini karena tanpa disadari orangtua telah melakukan proses hipnosis pada anak sejak lama. Hanya saja apakah hipnosis yang orang
tua
masukkan ke dalam pikiran bawah sadarnya positif atau negatif, inilah yang
perlu diluruskan. Contoh hipnosis negatif yaitu orangtua menakut-nakuti anak dengan hantu gentayangan
di tempat gelap yang pada akhirnya membuat anak menjadi penakut.
Sebagai orangtua, tugas
yang dilakukan tidaklah ringan. Namun sayangnya bekal orang tua untuk mendidik
dan mengasuh anak relatif minim. Orang tua hanya mengandalkan pengalaman saat dididik dan dibesarkan oleh orangtua mereka dulu. Padahal
belum tentu pola pengasuhan tersebut pas untuk diterapkan pada anak di zaman ini. Apalagi tuntutan zaman sekarang sangat
membutuhkan pribadi anak yang kuat mental dan spiritual karena tantangan yang
dihadapi lebih berat dibandingkan dengan kondisi orang tuanya dulu. Idealnya, anak justru diperlakukan sebagaimana
orang tua ingin diperlakukan oleh orangtua mereka dulu. Dengan begitu tindakan yang orang tua lakukan atas dasar perasaan seorang anak.
Bukan atas dasar perasaan orang
tua itu sebagai orangtua.
Orangtua harus memberikan contoh yang baik. Percuma
memberikan sugesti pada sang buah hati agar senang belajar jika di jam
belajarnya orang tuanya malah asyik menonton TV, misalnya. Yang dibutuhkan dalam
penerapan hypnoparenting adalah komitmen orang
tua,
pengondisian lingkungan, dan wacana yang seimbang sehingga orang
tua tahu
apa yang terjadi dalam pikiran seorang anak.
2. Sikap Orang Tua dalam Mendidik
Anak dengan Hypnoparenting
Orang tua sangat berperan
penting dalam membangun kemandirian anak.
Dalam hypnoparenting, ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh orang
tua, yaitu:
a.
Membuat
program pikiran bawah sadar anak yang positif dan konsep diri.
Pikiran bawah sadar tidak bisa menolak apapun yang
diterima melalui kelima panca indera. Pikiran bawah sadar juga akan merekam
hal-hal yang tidak diperhatikan secara sadar. Menurut Napoleon Hill dalam buku
yang berjudul Think and Grow
disebutkan bahwa pikiran bawah sadar itu selalu aktif.
Konsep diri yang sehat hampir dilakukan oleh anak yang
tumbuh dewasa. Konsep diri yang sehat dapat dikondisikan dengan cara orang tua menanamkan
konsep itu dalam pikiran bawah sadar anak, memberikan pengulangan-pengulangan, serta pengalaman
yang dirancang atau yang tidak disengaja, bisa juga dengan tradisi atau model
dari seorang figur yang memiliki otoritas dimata anak, seperti orang tua,
kakek,nenek, saudara atau guru di sekolah.
Kata-kata yang sering diucapkan dan dipikirkan orang
tualah yang nantinya akan membentuk diri anak, kemudian anak akan mengembangkan
dirinya melalui pergaulan dengan lingungan sekitar. Oleh karena itu, orang tua
harus mampu menanamkan konsep diri yang sehat terhadap anak agar anak dapat
berperilaku positif.
b.
Menciptakan
perasaan positif dan pikiran yang positif.
Ketika anak mulai memasuki sekolah,baik itu kelompok
bermain atau taman kanak-kanak, orang tua pasti akan mulai khawatir. Hal
seperti ini dapat membawa dampak psikologis bagi anak.
Misalnya saja jika orang tua merasa takut kalau
anaknya di sekolah akan jatuh, bermain dengan temannya lalu bertengkar, atau
anak belajar tidak sesuai dengan perintah guru, maka secara psikologis akan
mempengaruhi kepercayaan orang tua terhadap guru di sekolah anak. Orang tua
seakan-akan tidak percaya bahwa bapak-ibu gurunya tidak mampu mendidik anak
seperti didikan mereka.
Mungkin orang tua berpikir bahwa bapak-ibu guru kurang
perhatian terhadap anak karena banyaknya siswa yang harus diperhatikan.
Pemikiran seperti ini akan menimbulkan kecemasan yang tidak beralasan dan hanya
akan menambah beban masalah.
Sebagai orang tua yang baik, hendaknya selalu
mempunyai perasaan yang positif terhadap guru serta memberikan kepercayaan
penuh terhadap guru bahwa guru juga berpengalaman dalam mendidik anak serta
pasti akan memperhatikan anaknya.
Dengan perasaan yang positif, kepercayaan penuh serta
pikiran positif orang tua terhadap guru, maka orang tua dan guru akan merasa
tenang dan anak akan merasa senang di sekolah.
c.
Memakai
kalimat yang positif dan menghindari kalimat negatif.
Segala sesuatu yang dilarang, penuh tekanan intonasi
dan ada emosi di dalamnya, itulah yang akan diingat terus oleh anak ketika ia
mendengarnya. Apabila dalam kesehariannya ia sering mendengar kata “jangan”
atau “tidak boleh” atau “nakal kamu, ya!” atau “anak yang malas” dan kata-kata
negatif lainnya, hampir dipastikan, kata-kata itulah yang selalu didengar dan
ditanamkan dalam hati.
Ucapan ibu akan
menjadi doa buat anaknya. Jadi jika si ibu mengucap kata-kata negatif terhadap
anaknya, maka bisa saja anak itu menjadi anak yang berperilaku negatif pula.
Orang tua yang
baik hendaknya memikirkan hal-hal yang positif saja terhadap anaknya, juga berbicara dengan lembut (intonasi tidak meninggi). Kata-kata positif yang
diucapkan dengan intonasi yang positif akan ditangkap pikiran bawah sadar anak
sebagai kesan positif. Karena
perkataan orang tua sangat menentukan proses kemandirian anak, maka hendaknya
orang tua mampu mengucapkan kata-kata positif saja di depan anak.
d.
Menciptakan
suasana rumah yang positif.
Suasana rumah juga sangat menentukan kemandirian anak.
Jika rumah itu harmonis, maka anak akan dapat berperilaku positif. Misalnya
saja dalam kamar anak diberi ungkapan-ungkapan positif seperti “Aku Sayang Mama
Papa” atau “Aku Mau Jadi Anak Sholeh”, atau kata-kata lain yang apabila setiap
dilihat dan dibaca terus menerus maka akan tersimpan dalam memori anak dan akan
masuk ke dalam pikiran bawah sadar anak.
Hal
ini akan menumbuhkan sifat dan sikap yang diinginkan oleh orang tua dan
anaknya, karena secara otomatis kata-kata itu akan terpatri dalam sanubari dan
membentuk jiwa anak.
e.
Menyamakan
frekuensi dengan anak.
Orang tua sebaiknya seia-sekata. Maksudnya, tindakan atau perlakuan ayah
maupun ibu pada anak sebaiknya seragam dan konsisten. Karena jiwa anak pasti berbau dengan hal-hal
yang menyenangkan, gembira, suka hati, dan emosi positif.
Jika suatu saat
anak dalam kondisi yang tidak enak atau bad mood hendaknya orang tua mampu
menggiringnya ke hal-hal yang disukai anak. Jauhkan dulu apa yang membuat anak
menangis, tapi bentuklah pikiran ke arah yang bisa membuat anak gembira.
D.
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Anak
merupakan tanggung jawab orang tua. Jika orangtua mampu mendidik anaknya dengan
baik, maka anak pun akan tumbuh menjadi anak yang baik pula.
Untuk
menghasilkan anak yang mempunyai sikap dan kepribadian yang baik, orang tua
hendaknya selalu memikirkan setiap tindakan, ucapan, dan pikiran mereka. Karena
bagaimanapun juga, anak akan bertindak dan bereaksi atas dasar reaksi orang tua
padanya.
Kemampuan
anak mengamati, meniru, dan merasakan apa yang orang tua pikirkan merupakan
suatu sifat yang menakjubkan. Dengan hypnoparenting yang sederhana, orang tua
mampu membentuk sifat mandiri anak .
2.
Saran
Sebagai
orang tua, hendaknya mampu mendidik anaknya agar menjadi anak yang
berkepribadian baik dan mandiri. Orang tua juga harus mampu memberikan contoh
perilaku yang positif terhadap anak, memberikan penanaman konsep diri yang
sehat serta menciptakan pikiran positif agar anak dapat mandiri dan berperilaku
positif pula.
E.
DAFTAR
PUSTAKA
Setyono, Ariesandi.
2007. Hypnoparenting: Menjadi Orang Tua
yang Efektif dengan Hypnosis. Jakarta:
PT Gramedia.
http://www.hypno-birthing.web.id/?p=564.
(diakses
tanggal 20 Desember 2010)
http://www.hypnoparenting.com.
(diakses tanggal 20 Desember 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar