BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belajar merupakan suatu
perubahan yang terjadi melalui
latihan atau pengalaman dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan
oleh
pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar.
Aktivitas belajar bagi setiap
individu tidak selamanya
dapat berlangsung secara wajar, kadang-kadang lamban kadang-kadang tidak demikian kenyataan yang sering kita jumpai
pada setiap anak didik dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya
dengan
aktivitas belajar. Kesulitan belajar merupakan kekurangan yang tidak
nampak
secara lahiriah. Ketidak mampuan dalam belajar tidak dapat dikenali
dalam wujud
fisik yang berbeda dengan orang yang tidak mengalami kesulitan belajar.
Belakangan ini banyak dijumpai
kasus kesulitan belajar
pada anak-anak kususnya anak yang duduk di sekolah dasar. Dalam hal ini
orang
tua dan guru sangat berperan penuh didalam mengatasi kesulitan belajar
anak.
Anak yang mengalami kesulitan belajar memerlukan perhatian kusus dari
orang tua
dan guru. Dirumah orang tua dapat mengawasi anak-anaknya untuk belajar,
sehingga anak dapat terpacu untuk belajar. Begitupun di sekolah guru
harus
dapat memberi motivasi kepada anak dan menciptakan keadaan
belajar-mengajar
yang menyenangkan. Apabila kesulitan belajar anak tidak mendapat
perhatian
kusus dari oarang yang ada disekelilingnya termasuk di dalamnya orang
tua,
guru, dan teman sebaya maka akan membawa dampak negtif bagi anak
tersebut.
Sehingga harus ada kerja sama antara guru dan anak untuk dapat mengatasi
kesulitan belajar peserta didik.
Oleh karena itu, perlu
pembahasan lebih lanjut
mengenai kesulitan beljar yang dialami oleh peserta didik.
1.2 Rumusan
Masalah
1)
Bagaimana indikator anak didik
yang
mengalami kesulitan belajar?
2)
Apasajakah faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar pada anak?
3)
Bagaimana langkah- langkah di
dalam
mengatasi kesulitasi kesulitan belajar pada anak?
4)
Apakah solusi kesulitan
belajar pada
anak?
1.3 Tujuan
1)
Memahami indikator anak didik
yang
mengalami kesulitan belajar.
2)
Memahami faktor-faktor yang
menyebabkan kesulitan belajar pada anak.
3)
Memahami langkah-langkah di
dalam
mengtasi kesulitan belajar pada anak.
4)
Memahami solusi kesulitan
belajar
pada anak.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Kesulitan Belajar
Belajar secara
sederhana dapat didefinisikan sebagai aktivitas yang dilakukan individu secara
sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari apa yang telah dipelajari dan
sebagai hasil dari interaksinya dengan lingkungan sekitar. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu.
Prestasi
belajar yang memuaskan dapat diraih oleh setiap anak didik jika mereka dapat
belajar secara wajar, terhindar dari berbagai ancaman, hambatan dan gangguan.
Namun, sayangnya ancaman, dan hambatan dan gangguan dialami oleh anak didik
tertentu. Sehingga mereka mengalami kesulitan dalam belajar. Pada tingkat
tertentu memang ada anak didik yang mampu mengatasi kesulitan belajarnya, tanpa harus
melibatkan orang lain. Tetapi pada kasus-kasus tertentu, karena anak didik
belum mampu mengatasi kesulitan belajarnya, maka bantuan guru atau orang tua
sangat didik. Pada dsarnya bagaimana seorang anak akan sukses dalam belajarnya
apabila ia tidak mengetahui bagaimana cara belajar yang benar, walaupun ia
telah belajar selama berjam-jam tapi hasil yang diperolehnya hanya sedikit
sekali. Berbeda dengan anak yang tahu betul bagaimana cara belajar yang benar.
Ia akan relatif lebih efektif dan efesien dalam mempergunakan waktu belajarnya.
Di setiap
sekolah dalam berbagai jenis dan tingkatan pasti memiliki anak didik yang
memiliki kesulitan belajar. Masalah yang ini tidak hanya dirasakan oleh sekolah
modern di perkotaan, tapi juga dimiliki oleh sekolah tradisional di pedesaan
dengan segala keminiman dan kesederhanaannya. Hanya yang membedakannya pada
sifat, jenis dan faktor penyebabnya. Pada kegiatan belajar dan mengajar di
sekolah ditemukan dua subjek, yaitu pendidik dan peserta didik. Dalam proses
balajar ditemukan delapan tahap penting, yaitu :
1. Sebelum
belajar
Menurut Biggs dan
Telfer dan Winkel, adalah ciri khas pribadi, minat,
kecakapan, pengalaman, dan keinginan
belajar.
2. Proses
belajar, yaitu suatu kegiatan yang dialami dan dihayati oleh siswa sendiri. Kegiatan atau prpses
belajar ini terpengaruh oleh sikap, motivasi, konsentrasi, mengolah, menyimpan,
menggali, dan tunjuk berprestasi.
3. Sesudah
belajar, merupakan tahap untuk prestasi hasil belajar.
4. Proses
belajar, merupakan kegiatan mental mengolah bahan belajar atau pengalaman yang
lain.
5. Proses
belajar yang berhubungan dengan bahan belajar tersebut, dapat diamati oleh
guru, dan umumnya dikenal sebagai aktivitas belajar siswa.
6. Pengorganisasian
belajar.
7. Penyajian
bahan belajar dengan pendekatan pembelajaran tertentu.
8. Melakukan
evaluasi belajar.
Ada
suatu pendapat yang keliru dengan mengatakan bahwa kesulitan belajar anak didik
disebabkan rendahnya intelegensi. Karena dalam kenyataannya cukup banyak anak
didik yang memiliki intelegensi yang tinggi, tetapi hasil belajarnya rendah,
jauh dari yang diharapkan. Dan masih banyak anak didik yang dengan intelegensi
yang rata-rata normal, tetapi dapat meraih prestasi yang tinggi, melebihi
kepandaian anak didik yang memiliki intelegensi yang tinggi. Oleh karena itu,
selain faktor intelegensi, faktor non intelegensi juga diakui dapat menjadi
penyebab kesulitan belajar bagi anak didik.
Oleh
karena itu, berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kesulitan
belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang
ditandai adanya hambatan-hambatan tertentuuntuk mencapai hasil belajar.
Hambatan-hambatan ini mungkin disadari dan mungkin tidak disadari oleh orang
yang mengalaminya, dan dapat bersifat sosiologis, psikologis atu fisiologis
dalam keseluruhan proses belajarnya. Kesulitan belajar pada dasrnya suatu
gejala yang nampak dalam berbagai jenis manifestasi tingkah laku baik secara
langsung atupun tidak langsung. Sesuai dengan pengertian kesulitan belajar,
maka tingkah laku yang dimanifestasikan ditandai dengan adanya
hambatan-hambatan tertentu.
2.
Indikator
Anak Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar
Siswa yang mengalami hambatan ini
biasanya tidak memiliki masalah dengan inteligensinya, ada yang mendekati
rata-rata, rata-rata, atau diatas rata-rata. Namun pengaruh dari keadaan ini
yang akan menyebabkan menurunnya kemampuan dan prestasi yang tidak menonjol
pada siswa. Sayangnya, keadaan ini sulit diketahui baik oleh orang tua, dan
guru. Keadaan ini biasanya baru disadari ketika prestasi anak menurun, tidak
semangat dalam belajar, bahkan tidak naik kelas. Sehingga tidak jarang pula
guru atau orangtua menilai anak sebagai anak yang malas, nakal, atau
underachiever. Kesulitan belajar yang dialami oleh individu lebih berkaitan dengan
proses kognitif.
Beberapa gejala sebagai indikator adanya
kesulitan belajar anak didik dapat dilihat dari petunjuk-petunjuk berikut:
1. Menunjukkan
prestasi belajar yang rendah, di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh
kelompok anak didik di kelas.
2. Hasil
belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Padahal anak
didik sudah berusaha belajar dengan keras, tetapi nilainya selalu rendah.
3. Anak
didik lambat dalam mengerjakan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dengan
kawan-kawannya dalam segala hal.
4. Anak
didik menunjukkan sikap yang kurang wajar, acuh tak acuh, berpura-pura,
berdusta, mudah tersinggung, dsb.
5. Anak
didik menunjukkan tngkah laku yang tidak seperti biasanya ditunjukkan kepada
orang lain. Dalam hal ini misalnya anak didik menjadi pemurung, pemarah, selalu
bingung, selalu sedih, kurang gembira, atau mengasingkan diri dari kawan-kawan
sepermainan.
6. Anak
didik yang tergolong memiliki IQ tinngi, yang secara potensial mereka
seharusnya meraih prestasi belajar yang tinggi, tetapi kenyataannya mereka
mendapatkan prestasi belajar yang rendah.
7. Anak
didik yang menunjukkan prestasi belajar yang tinggi untuk sebagian besar mata
pelajaran, tetapi dilain waktu prestasi belajarnya menurun drastis.
3.
Faktor-faktor
Penyebab Kesulitan Belajar
Masalah kesulitan belajar ini, tentunya
disebabkan oleh berbagai faktor. Untuk memberikan suatu bantuan kepada anak
yang mengalami kesulitan belajar, tentunya kita harus mengetahui terlebih
dahulu faktor apa yang menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar.
Faktor penyebab kesulitan belajar
menurut Abdul Rahman dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor
exsternal
Faktor-faktor
penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu:
A.
Faktor internal (faktor dari dalam diri anak itu sendiri ).
Menurut Asniar Khumas, Spsi, Msi,
seorang psikolog, faktor internal merupakan sebuah dorongan yang berada pada
diri anak sendiri. Faktor ini yang mendorong seorang anak mencapai sesuatu,
jika dalam diri anak tidak ada dorongan atau motivasi maka anakpun pasti tidak
akan pernah berusaha untuk mencapai sesuatu. Pemberian dorongan atau motivasi
ini mutlak harus selalu diberikan oleh orang-orang yang berada di sekitar anak,
orang tua dan guru contohnya, sehingga akan menimbulkan suatu tekad dan semangat
yang kuat dalam diri anak untuk mencapai prestasi dalam belajar. Selain itu
yang mempengaruhi proses belajar anak adalah:
1. Sikap terhadap belajar
Dalam hal ini siswa memperoleh
kesempatan belajar, meskipun demikian siswa dapat menerima, menolak, atau
mengabaikan kesempatan belajar tersebut. Sebagai contoh; seorang siswa yang
tidak lulus ujian menolak ikut ulangan di kelas lain. Siswa tersebut bersikap
menolak ulangan karena ujian dilaksanakan di kelas lain. Akibatnya akan
berpengaruh kepada perkembangan kepribadian. Oleh karena itu, ada baiknya
peserta didik mempertimbangkan akibat sikap terhadap belajar.
2. Motivasi belajar
Motivasi belajar merupakan kekuatan
mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Lemahnya motivasi atau
tidaknya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar.
3. Konsentrasi belajar
Merupakan kemampuan memutuskan
perhatian pada pelajaran menurut Rooijakker kekuatan, perhatian selama 30 menit
telah menurun. Yang menyarankan agar pendidik memberikan istirahat selama
beberapa menit.
4. Mengolah bahan belajar
Merupakan kemampuan siswa menerima isi
dan cara pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi peserta didik.
5. Menyimpan perolehan hasil belajar
Merupakan kemampuan menyimpan isi
pesan dan cara perolehan pesan.
6. Menggali hasil belajar yang tersimpan
Merupakan proses mengaktifkan pesan
yang telah diterima.
7. Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil
belajar
Merupakan suatu puncak proses belajar.
Pada tahap ini siswa membuktikan keberhasilan belajar.
8. Rasa percaya diri peserta didik
Rasa percaya diri timbul dari
keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil.
9. Intelegensi dan keberhasilan belajar
Menurut Wechler (Monks dan Knoers,
Siti Rahayu Haditono) intelegensi adalah suatu kecakapan global atau rangkuman
kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah berpikir secara baik, dan
bergaul dengan lingkungan secara efisien. Kecakapan tersebut menjadi aktual
bila peserta didik memecahkan masalah atau kehidupan sehari-hari kebiasaan
belajar.
10. Kebiasaan belajar
Belajar yang baik harus dilakukan
setiap hari entah itu berapa menit harus dilakukan secara teratur dan terus
menerus. Hal itu juga harus didukung oleh orang tua atau wali bagi peserta
didik.
1). Faktor fisiologi
Faktor fisiologi adalah factor fisik
dari anak itu sendiri. seorang anak yang sedang sakit, tentunya akan mengalami
kelemahan secara fisik, sehingga proses menerima pelajaran, memahami pelajaran
menjadi tidak sempurna. Selain sakit faktor fisiologis yang perlu kita
perhatikan karena dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan
diantaranya adalah:
1. Kondisi-kondisi fisiologis yang permanen
Kemungkinan penyebabnya meliputi,
a. Intelegensi yang terbatas. Misalnya,
seorang anak yang mempunyai intelegensi rendah disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu barang kali sewaktu terjadi pembuahan ibu yang sedang mengandung 3 bulan
menderita sakit campak dan penyakit itu secara terus menerus merusak
perkembangan sistem syaraf anak yang masih dalam kandungan. Kasus lain yaitu
ada kerusakan pada waktu lahir pada tu7lang kepala yang rawan dan
kerusakan-kerusakan itu mempengaruhi sel-sel otak.
b. Hambatan persepsi. Anak yang mengalami
hambatan persepsi berbeda dengan anak yang mengalami hambatan mental. Bagi anak
yang mengalami hambatan persepsi ada harapan untuk maju. Murid yang mengalami
hambatan perepsi tidak dapat belajar dengan baik, jika memakai metode yang
biasanya di terapkan pada sebagian besar murid yang lain.
c. Hambatan penglihatan dan pendengaran.
Apabila mekanisme mata atau telinga kurang berfungsi maka kesan yang diperoleh
seorang anak dari guru akan menyimpang atau bahkan tidak memperolehnya. Ia
tidak pernah menerima dalam otaknya suatu image yang benar mengenai penglihatan
dan suara-suara sewaktu (R.I. Sarumpaet,
1992)
2. Kondisi-kondisi fisiologis yang temporer
a. Masalah makanan
Makanan dibutuhkan untuk pertumbuhan
badan anak yang badannya sedang tumbuh memerlukan makanan yang dapat membantu
pertumbuhan tersebut. Dibutuhkan bermacam-macam zat dari makanan untuk
pertumbuhan urat tulang dan gigi.
b. Kecanduan
Alkohol, ganja dan sejenisnyadapat
menimbulkan kecanduan. Pada mulanya kebiasaan itu kelihatan tidak berbahaya dan
mudah ditinggalkan, tetapi sebelum bahaya itu disadari, kuasa kemauan
sudahhilang sehingga kebiasaan itu tidak dapat ditinggalkan lagi.
c. kecapain atau kelelahan
kondisi fisiologis pada umumnyasangat
mempengaruhi prestasi belajar seseorang.
2).
Faktor psikologis
Faktor
psikologis adalah berbagai hal yang berkenaan dengan berbagai perilaku yang ada
dibutuhkan dalam belajar. Sebagaimana kita ketahui bahwa belajar tentunya
memerlukan sebuah kesiapan, ketenangan, rasa aman. Selain itu yang juga
termasuk dalam factor psikoogis ini adalah intelligensi yang dimiliki oleh
anak. Anak yang memiliki IQ cerdas (110 – 140), atu jenius (lebih dari 140)
memiliki potensi untuk memahami pelajaran dengan cepat. Sedangkan anak-anak
yang tergolong sedang (90 – 110) tentunya tidak terlalu mengalami masalah
walaupun juga pencapaiannya tidak terlalu tinggi. Sedangkan anak yang memiliki
IQ dibawah 90 ataubahkan dibawah 60 tentunya memiliki potensi mengalami
kesulitan dalam masalah belajar. Untuk itu, maka orang tua, serta guru perlu
mengetahui tingkat IQ yang dimiliki anak atau anak didiknya. Selain IQ faktor
psikologis yang dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar
adalah bakat, minat, motivasi, kondisi kesehatan mental anak, dan juga tipe
anak dalam belajar.
B. Faktor
eksternal (faktor dari luar diri anak).
Dari luar diri anak terdapat tiga elemen
utama yang saling berkaitan dalam mendukung proses belaajar anak. Ketiga
komponen itu adalah orang tua, guru, dan pergaulan. Apabila ketiga elemen ini
dapat bersinergi maka anakpun akan semakin terpacu semangatnya dalam belajar
dan meraih prestasi yang lebih tinggi.
1).
Faktor-faktor sosial
Yaitu
faktor-faktor seperti cara mendidik anak oleh orang tua mereka di rumah.
Anak-anak yang tidak mendapatkan perhatian yang cukup tentunya akan berbeda
dengan anak-anak yang cukup mendapatkan perhatian, atau anak yang terlalu
diberikan perhatian. Selain itu juga bagimana hubungan orang tua dengan anak,
apakah harmonis, atau jarang bertemu, atau bahkan terpisah. Hal ini tentunya
juga memberikan pengaruh pada kebiasaan belajar anak. Orang tua yang terlalu
menekan agar anak selalu berprestasi disekolah justru akan membuat anak menjadi
antipati terhadap pelajaran di sekolah. Biasanya anak bukannya menjadi semangat
untuk belajar tetapi malah menjadi malas. Terlebih lagi bagi orang tua yang
tidak bisa menghargai prestasi yang telah diperoleh anak di sekolah. Selain itu
membanding-bandingkan prestasi anak terhadap temannya akan berdampak positif
juga negatif karena, itu dapat
memotivasi anak lebih maju atau bahkan menurunkan motivasi anak tersebut.
Sehingga dalam hal ini orang tua harus lebih tanggap di dalam mengatasi
kesulitan belajar anak. Selain dari orang tua yang memiliki peran penting
adalah guru. Seorang guru juga harus mampu menjaga inofator dan inspirator bagi
anak didik di dalam belajar. Pergaulan anak juga ikut serta berperan di dalam
hal ini, karena anak pada dasarnya sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan
terutama teman. Faktor lingkungan masyarakat juga mempengaruhi di dalam
penyebab kesulitan belajar, karena pada dasarnya manusia tidak dapat terlepas
dari pengaruh manyarakat terutama anak-a
4. Langkah-langkah
Mengenali Anak Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar
a. Observasi
yang meliputi: Bagaimana anak didik dalam mengikuti pelajaran?.
Ada
gejala-gejala cepat lelah, mudah mengantuk, sukar memusatkan perhatian, catatan
tidak lengkap, malas memperhatikan materi pelajaran yang diberikan. Bagaimana
psikofisiknya dalam menghadapi pelajaran yang akan diberikan? Biasanya anak
didik yang malas menerima pelajaran kurang kreatif dan cekatan dalam
mempersiapkan segala sesuatu.
b. Interview terhadap orang yang berada disekelilinnya
yaitu orang tua, teman dekat anak, bahkan guru pengajarnya yang dapat
memberikan informasi tentang kesulitan anak.
c. Dokumentasi merupakan suatu cara yang digunakan
dalam upaya mencari faktor-faktor penyebab yang menyebabkan anak didik
mengalami kesulitan belajar melalui dokumen anak didik itu sendiri. Diantara
yang perlu dicari adalah hubungan dengan: Riwayat hidup anak didik, prestasi
anak didik, kumpulan ulangan, catatan kesehatan anak didik, buku rapot anak
didik, buku catatan untuk semua mata pelajaran, dan sebagainya.
d. Tes diagnostik, dimaksudkan untuk
mengetahui kesulitan belajar yang dialami anak didik berdasarkan hasil tes
formatif sebelumnya. Tes diagnostik memerlukan sejumlah soal untuk suatu mata
pelajaran yang diperkirakan kesulitan bagi anak didik. Tes diagnostik disebut
juga test of entering behavior, yaitu suatu cara untuk mengetahui tingkat dan
jenis karasteristik perilaku yang anak didik miliki ketika dia mau mengikuti
kegiatan interaksi edukatif di kelas. Dengan kata lain sejauh mana tingkat
penguasaan anak didik terhadap bahan pelajaran yang mau diberikan guru.
Mengidentifikasi
Kasus Kesulitan Belajar
Sebagai contoh
permasalahan yang pernah dialami Ruri (nama samaran). Saat ini Ruri duduk
dibangku kelas 6 SD. Prestasinya di sekolah hanya pas-pasan meskipun
orangtuanya telah memanggil guru privat untuk membantunya mengerjakan tugas di
sekolah dan mengajarinya pelajaran sekolah. Pada saat Ruri masih kelas 1, dia
pernah hampir tidak naik kelas karena nilai raportnya yang kurang. Sampai di
kelas 2, dia masih lamban dalam menulis serta membutuhkan orang lain untuk
membantunya membaca.
Dia jarang
mengerjakan pekerjaan rumah (PR). Gurunya mengatakan bahwa dia anak yang malas
belajar. Yang diketahui oleh orang tua Ruri saat itu adalah bahwa gurunya tidak
bisa mengajar dan memberikan bimbingan dengan baik terhadap anaknya. Berbagai
cara dan upaya telah dilakukan orang tua Ruri agar anaknya bisa lulus SD dengan
nilai yang cukup baik. Hingga suatu hari orang tuanya mendapat saran untuk
membawa anaknya ke Psikolog, setelah dilakukan beberapa pengetesan ternyata
diketahui bahwa Ruri mengalami kesulitan belajar.
2.4 Solusi Kesulitan Belajar pada Anak
Sebelum
kita membahas tentang solusi kesulitan belajar lebih baik kita mengetahui dulu
proses pemecahan kesulitan belajar. Adapun langkah-langkah dalam proses
pemecahan kesulitan belajar meliputi :
1.
Memperkirakan
kemungkinan bantuan
Yang meliputi :
a.
Apakah murid tersebut
mungkin ditolong untuk mengatasi kesulitannya atu tidak?
b.
Berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan yang dialami murid tertentu?
c.
Kapan dan dimana
pertolongan itu dapat diberikan?
d.
Siapa yang dapat
memberikan pertolongan atau bantuan?
e.
Bagaimana cara menolong
murid yang efektif?
f.
Siapa saja yang harus
dilibatkan dalam menolong murid?
2.
Menetapkan kemungkinan cara
mengatasi
Rencana itu hendaknya berisi :
a.
Cara-cara yang harus ditempuh untuk
menyembuhkan keseulitan yang dialami murid.
b.
Menjaga agar kesulitan yang serupa
jangan sampai terulang lagi.
3.
Tindak lanjut
Setelah murid mendapatkan bantuan
maka dapat dilakukan tindak lanjut sebagai berikut :
a.
Mengajarkan tes hasil belajar murid
dalam bidang studi yang dianggap sulit.
b.
Melakukan wawancara dengan murid
yang bersangkutan untuk mengetahui pendapat murid tentang kesulitannya.
c.
Wawancara dengan guru dan orang tua
mengenai perubahan yang telah terjadi.
d.
Menganalisa hasil belajar yang telah
dicapai dan informasi lainnya.
e.
Observasi kegiatan murid dalam
belajar ( departemen pendidikan dan kebudayaan, 1989 )
Untuk mengatasi
masalah kesulitan belajar yang terkait dengan sebab faktor kurangnya kematangan
mental (kognitif), emosional dan psikologis, beberapa tips yang perlu diketahui
oleh orang tua adalah sebagai berikut :
- Pilih
waktu yang baik untuk belajar
- Pakai buku yang digunakan guru di
sekolah
- Ciptakan suasana belajar yang
nyaman dan tenang
- Melatih anak untuk mendiskusikan
isi suatu buku dengan hanya melihat judul buku/sampulnya sebelum anak
mulai membaca
- Melatih anak untuk mengenal angka
atau huruf dengan alat peraga yang dapat diraba dan dengan warna-warna
menarik
- Melatih anak untuk mengenal
operasionalisasi tanda dalam matematika dengan memberikan contoh-contoh
dari kehidupan sehari-hari
- Hindari komentar yang negatif
- Berikan kesempatan kepada anak bila
ingin mencoba menyelesaikan pekerjaan rumahnya sendiri
- Membantu anak belajar sambil
bermain
Namun, beberapa kasus kesulitan belajar yang
disertai dengan gejala kurangnya kemampuan konsentrasi atau bahkan gangguan
hiperaktif, penanganan yang lebih komprehensif memang perlu dilakukan dengan
melibatkan tenaga yang ahli di bidangnya.
Selain usaha di atas
usaha yang dapat dilakukan anak untuk meningkatkan hasil belajarnya adalah
sebagai berikut:
1.
Belajar bagaimana cara belajar.
2.
Tahu pasti apa yang dipelajari.
3.
Paham akan hambatan yang dihadapi
dalam proses belajar dan dapat menyingkirkannya. Segera mempraktekkan semua
yang diperolehnya dalam belajar tadi.
Pada intinya apabila anak tersebut mampu
mengidentifikasi dengan pasti hambatan apa saja yang ada dan mampu
menyingkirkannya, maka langkahnya langkahnya dalam beljar tidak perlu terhenti.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan
pembehasan di atas dapat disimpulkan bahwa, kesulitan belajar dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang harus dipahami oleh peserta didik itu sendiri, orang tua,
dan guru. Banyak peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, tetapi mereka
tidak mengetahui yng mereka alami. Peran orang tua sangatlah penting untuk
selulu mengawasi cara belajar anak. Orang tua harus mampu memberikan motivasi
kepada anak, sehingga anak memiliki kesadaran untuk belajar tanpa harus ada
paksaan. Penghargaan ketika anak mencapai prestasi merupakan suatu hal yang
penting, karena mereka juga ingin usahanya dihargai dan diperhatikan.
Sebaliknya apabila anak mengalami prestasi yang kurang, orang tua dilarang
untuk mengucapkan hal-hal kasar yang dapat membuat semangat anak untuk belajar
menurun bahkan anak tersebut malas untuk belajar lagi. Selain orang tua yang
memiliki peranan yang sangat penting didalam prrestasi belajar anak adalah
guru. Guru sangat berperan penuh didalam keberhasilan anak didiknya. Selain hal
tersebut faktor linkungan juga berpengaruh terhadap kesuksesan belajar anak.
3.2 Saran
Guru seharusnya bekerjasama dengan
orang tua guna meningkatkan prestasi belajar anak. Setiap anak memiliki
kesulitan-kesulitan belajar yang berbeda-beda, hal inilah yang sulit dilakukan
oleh guru didalam mengedintivikasi kesulitan beljar anak, dengan adanya
kerjasama dengan orang tua diharap kan mampu mengenalai dan membeerikan solusi
kepada kesulitan belajar kepada peserta didik. Selain itu diperlukan juga motivasi
untuk belajar dari guru maupun dari maupun orang tua. Dalam hal ini lingkungan
juga berpengaruh, maka sebaiknya anak dibiasakan dengan lingkungan yang
disiplin khususnya didalam proses belajar. Dengan pembiasaan-pembiasaan yang
seperti itulah diharapkan anak dapat meningkatkan dan sadar akan kepentingan
belajar. Anak yang memiliki kesadaran untuk belajar kemungkinan besar tidak akn
ada hambatan mengenai proses belajarnya. Belajar tanpa paksaan itu lebih baik
bagi proses belajar anak.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Achmad. 1984/985. Petunjuk Penyelenggaraan SLB. Jakarta:
PT Bina Flora Utama.
Dimyati. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Gredler, Margaret E.Bell. 1991. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: CV Rajawali.
Holsten, Herman. 1986. Ilmu Pendidikan Teoristis dan Praktis.
Bandung: Remadja Karya CV.
Holsten, Herman. 1986. Murid Belajar Mandiri. Bandung. Remadja
karya CV Bandung.
Jihad, Asep.2008.Evaluasi Pembelajaran.Yogyakarta: Multi
Prestindo.
Mudjiman, Haris. 2009. Belajar Mandiri. Surakarta: Lembaga
Pengembangan Pendidikan (LPP) dan UPT.
Nasution, S. 1988. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: PT
Bina Aksara.
Nugroho.W. 2007.Belajar Mengalami Hambatan. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Nugroho, W. 2007. Belajar Mengatasi Hambatan Belajar. Jakarta: Prestasi Pustakakarya.
Purwanto, Ngalim., dkk. 1986. Ilmu Pendidikan. Bandung: Remadja Karya
CV.
Surjadi, A. 1989. Membuat Siswa Aktif Belajar. 165
Cara Belajar Mengajar Dalam Kelompok. Bandung: CV Mandar Maju.
Wood, Derek,dkk. 2009. Kiat Mengatasi Gangguan Belajar.
Yogyakarta: Katahati.
Zaim Aswan,dkk. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Wood.Derek.
Dimyati,
Mudjiono. 2006. Belajar dan pembelajaran.
Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Djamarah
Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta. PT. Rineka Cipta.
Slm kenal mbk sinta, nama saya Ria.. Saya mhsswi psikologi di plmbg smstr 8 yg lg nyusun skrpsi.. Saya suka sma artikel mbk, klo saya blh tau yg bukuny Nugroho belajar mengatasi hambatan belajar itu buku ny dpt dimana yaa? Saya cari gak dpt tuh bukunyaa.. Mksh yaaa mbk..
BalasHapusCasino Rewards Promo Codes - Jammyhub
BalasHapusEarn cash for 충주 출장안마 Casino Rewards. Check out the latest casino bonus codes at JAMMYhub.com. 남양주 출장안마 Claim more free 강릉 출장안마 casino 밀양 출장안마 rewards and play 안동 출장마사지 slots!